Disebuah
kota yang tenang nan damai orang-orang biasa menyebutnya kota idaman, ya kota
curup, Kota ini bukanlah kota yang besar seperti Jakarta. Kota kecil
ini terletak diprovinsi Bengkulu, kota yang sejuk nan damai ini
menggambarkan keselarasan suatu keluarga yang dipenuhi dengan
kehangatan, keluarga yang terdiri dari ayah yang tegas tetapi hangat, ibu yang
selalu menjadi penengah dalam keluarga ini, seorang kakak yang sangat peduli
atas adeknya yang biasa dipanggil “Uni”, dan anak terakhir yang Bernama Aisya.
Disuatu pagi semua keluarga sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, ayah
dengan motor antic kebanggaannya, ibu dengan rutinitas paginya yaitu menyiapkan
sarapan utnuk anggota keluarga.
“Ibu, bisa
tolong carikan baju seragamku?” pinta Aisya.
“Uni, bisa
bantu ibu mencarikan seragam adekmu,” pinta ibu.
“Kamu lo
dek sudah mau lulus SMA masih saja belum bisa mengurus dirimu sendiri” Omelan
khas yang biasa dilontarkan Uni sembari memeriksa lemari.
Semua orang
pun sudah duduk dimeja makan sembari menunggu ibu menyiapkan sarapan pagi.
Sarapan pagi pun sudah tersedia dimeja makan, semua anggota keluarga menyantap
makanan yang disiapkan oleh ibu.
“Ayah ibu, Uni
mau melanjutkan pendidikan S2 Uni, bagaimana menurut ayah dan ibu?” Tanya Uni
memecah keheningan dimeja makan.
“Alhamdulillah
ayah sangar senang mendengar niat baikmu ni, bagaimana dengan ibu?”
“Ibu akan
selalu mendukung apapun yang akan kamu lakukan ni, asalkan itu baik” Jawab ibu.
“Tetapi
sebelum ni, apakah bisa ditunda dulu pendataranmu nak? Soalnya adek kamu mau
masuk kuliah tahun ini,” tanya ayah.
“Iya tidak
apa-apa yah, Uni bisa daftar tahun depan atau Uni kuliah sambil kerja, Uni juga
sdang berusaha mencari beasiswa dan Uni minta doa dari ayah ibu dan Aisya,” jawab Uni.
Hari-hari
berlalu, keluarga yang hangat itu melewati hari-hari seperti biasa, seketika
terbesit dipikirannya Uni untuk mencari kerja diluar kota. Dengan penuh
keyakinan Uni menghampiri ayah yang sedang membaca koran diteras depan rumah.
“Ayah,
bagaimana menurut ayah jika Uni bekerja di Jakarta?” Tanya Uni
“Coba Uni
beri ayah alasan kenapa kamu mau bekerja di Jakarta!” Pinta ayah
“Uni hanya
mau menguji kemampuan Uni yah, tolong beri Uni izin ya yah,” mohon Uni
“Baiklah
nanti ayah bicarakan perihal ini kepada ibu,” jawab ayah.
Suasana
sore yang sangat tenang ditemani dengan rintik hujan, disana Uni termenung
apakah dia bisa mewujudkan mimpi yang dia impika, apakah dia bisa, dia tau ini
tidak akan mudah tetapi dia tidak akan tahu rasanya apabila belum mencoba.
Seketika panggilan ibu memecahkan lamunannya
“Uni,
tolong ibu menyiapkan piring ya, dan jangan lupa panggil Aisya juga” pinta ibu
“Baik bu”
jawab Uni
“Sya ayo
makan, makan malam sudah siap” ajak Uni
“Uni, aku
dengar kalua Uni mau kerja dijakartaya?” tanya Aisya
“Sepertinya
begitu” jawab Uni
Seketika
terukir wajah sedih dimuka Aisya.
Semua
keluarga telah berkumpul dimeja makan, dan mereka menyantap makan yang telah
dihidangkan oleh ibu, seketika ayah memecah keheningan " Uni, ayah dan ibu
sudah berdiskusi tentang permintaanmu, ayah dan ibu memberi izin kamu kerja
dijakarta", seketika terukir senyum dipipi Uni, tetapi tidak dengan Aisya.
"Makasih
ayah ibu, Uni akan berusaha semaksimal mungkin, Aisya kenapa kok mukanya
sedih?" Tanya Uni
"Aisya
belum siap saja ditinggal sama Uni, nanti siapa yang menjemput Aisya, yang
membantu Aisya mengerjakan PR" jawab Aisya dengan cemberut dimukanya
"Aisya
kamu harus belajar mengurus diri kamu sendiri, kamu sudah mau masuk kuliah
sampai kapan kamu mau diurusin terus, tetapi bukan berarti Uni tidak mau selalu
disamping kamu, coba la untuk dewasa, nanti ditengah prosesmu kamu membutuhkan Uni,
Uni ada selalu untuk Aisya, okey?" Jawab Uni
Dengan
berat hati Aisya menganggukkan kepalanya.
Seminggu
kemudian Uni telah sampai dijakarta dengan persiapan yang matang Uni telah
diterima disuatu akademi mengajar, diasan dia menjadi guru dan mulai memasukkan
berkas untuk melanjutkan S2 nya. Universitas yang diimpi-impikan sejak kecil
yaitu Universitas Indonesia,muncul ,dibenaknya." Semoga ini awal yang
baik" bergumam didalam hati Uni.
Tibalah
di mana hari mengajukan berkas untuk melanjutkan S2, dan tidak lupa meminta
ridho kepada ayah da ibu.
Berkas
sudah dikirim tinggal menunggu step selanjutnya, mungkin 2-3 Minggu menunggu
step selanjutnya.
Hari hari
dilalui seperti biasanya mengajar dan melakukan rutinitas, dan pastinya ada
rasa gunda didalam hati.
Dua minggu
berlalu waktu yang ditunggu-tunggu semua keluarga dimana pengumuman kelulusan
mahasiswa S2.
Ketika Uni
membuka website pengumuman dengan perasaan yang campur aduk, seketika itu ia
menutup matanya berdoa agar tidak menghancurkan harapannya, dengan membaca
bismillah lalu memencet tombol enter. Dan tidak disangka ternyata tidak ada
nama yang tertera atas nama Uni.
Seketika
itu air mata jatuh dari matanya, kekecewaan jelas terukir dimatanya, banyak
pertanyaan muncul dipikirannya.
"Apa
yang salah dari prosesku, apa yang kurang dari usahaku, kenapa harus
aku?!" Semua pertanyaan itu menghantui pikirannya. Dua jam setelah
pengumuman ia baru mengabarkan ayah dan ibu, bahwa ia belum lulus. Hari hari
yang dia lalui lumayan berat masih ada kekecewaan terukir dimatanya.
Sampai
dimana dia mencoba mendaftar kuliah S2 di eropa jalur beasiswa, hanya sedikit
kepercayaan atas peluang lulus, "ya Hanya mencoba saja tidak lebih dari
itu, tak lulus pun tak mengapa setidaknya aku telah mencoba" dia berbisik
kepada diri sendiri.
Satu bulan
dari pendaftaran tidak ada kabar apapun dari Uni, seketika masuk notifikasi
email dihandphone Uni, tak segera dibuka ya emang tidak menaruh harapan yang
lebih.
Setelah
tiba dikostannya Uni membuka email yang masuk dihandphonenya, ternyata
pemberitahuan tentang beasiswa di Eropa.
Dengan
perasaan campur aduk dia memberi kabar kepada orang tua dirumah, bahaswannya
dia diterima beasiswa di Eropa.
Haru yang
dirasakan, senyum yang terukir di wajah semua keluaraga atas kabar yang diberi
oleh Uni.
Tidak
pernah terbayangkan untuk kuliah di luar negeri apalagi di Eropa, tidak ada
kata yang bisa diutarakan atas kebahagian yang sedang Uni rasakan. Dan Uni
percaya tidak semua yang kita inginkan itu yang terbaik ternyata ada kado
terindah yang Allah siapkan untuk hambanya, dan ternyata kadonya lebih indah
dari yang kita bayangkan. Jangan pernah ragu untuk mencoba biarkan Allah yang
mengatur hasilnya tugas kita hanya menncoba, mencoba lagi, apabila jatuh bangun
lagi, apabila gagal kita coba lagi dan percaya proses tidak akan mengkhianati
hasil.
0 Komentar