Oleh: Java Abdurrahman
Beberapa waktu
yang lalu, ramai pembahasan di platform Facebook di kalangan mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) tentang
pengadaan nonton bareng (nobar) di kafe-kafe Mesir. Hal ini tidak lain
merupakan imbas dari melajunya performa timnas sepakbola Indonesia dengan
pesat, baik di timnas senior maupun timnas kelompok umur. Para Masisir pun juga
pastinya tidak ingin ketinggalan euforia tersebut. Antusiasme ini
muncul dengan maksud untuk menyalurkan rasa nasionalisme terhadap timnas Indonesia.
Banyak organisasi ataupun komunitas Masisir yang menginisiasi pengadaan nobar
di kafe-kafe, baik kafe milik penduduk Mesir maupun kafe milik mahasiswa
Indonesia sendiri. Bahkan beberapa dari mereka sampai menyewa satu kafe yang berukuran
lumayan besar untuk memfasilitasi para mahasiswa yang ingin menyaksikan aksi
timnas kebanggaan mereka secara beramai-ramai.
Namun, di tengah
gegap gempita dan keseruan adanya nobar ini terdapat beberapa golongan yang
agak kurang setuju dengan adanya kegiatan ini. Penulis juga termasuk salah satu
yang sependapat dengan mereka. Penulis menganggap bahwa adanya nobar ini lebih
mendatangkan banyak mudarat daripada maslahat bagi mahasiswa itu sendiri.
Karena seperti yang kita maklum ketahui bahwa kegiatan nobar tidak dapat
dipisahkan dengan yang namanya keramaian.
Para penduduk asli
Mesir memang gemar menghabiskan waktu mereka untuk sekadar nongkrong di kafe
dengan tujuan untuk beristirahat dari lelahnya pekerjaan mereka. Namun, terkadang
kebisingan yang ditimbulkan oleh kegiatan nobar yang dilakukan oleh Masisir ini
membuat mereka merasa terganggu. Tidak jarang pula mereka sampai marah-marah
karena kebisingan yang ditimbulkan itu sudah sangat berlebihan. Apalagi
menonton pertandingan tim sepakbola yang bukan favorit mereka pastinya bukan
tujuan sebenarnya dari kedatangan mereka di kafe. Bahkan mereka yang awalnya
duduk di kafe bagian depan sampai rela pindah tempat duduk ke bagian belakang
kafe karena banyaknya Masisir yang ingin duduk lebih dekat dengan layar kaca
demi melihat permainan timnas Indonesia dengan lebih jelas.
Selain problem
di atas, terdapat problem lain yang mungkin sudah dianggap suatu hal yang
normal bagi kalangan kita. Banyak dari kita yang apabila meluapkan emosinya
seringkali tidak bisa mengontrolnya hingga ‘kelepasan’. Bahkan terkadang keluar
kata-kata yang kurang pantas dari mulut kita. Ini sangat sering kita jumpai
dalam kegiatan nobar. Ketika tim yang kita dukung gagal mencetak gol atau
mungkin kebobolan, pastinya kita merasa kecewa dan tak jarang segala sumpah serapah
keluar dari mulut kita. Mulai dari umpatan berbahasa Indonesia hingga umpatan
khas daerah masing-masing terucap secara spontan akibat kekecewaan kita. Semua
ucapan ini tak lain keluar bukan karena kesengajaan kita, namun seperti sudah
terbangun di alam bawah sadar kita sebagai bentuk penyaluran atas rasa kecewa
yang kita rasakan.
Kedua perbuatan
ini bukanlah ciri dari seorang thullabul ilmi. Terlebih lagi bagi kita
yang sedang menyandang gelar Azhary di kedua pundak kita. Sangatlah
tidak pantas ucapan-ucapan tersebut terdengar dari seseorang yang mengaku
sebagai mahasiswa di Universitas Al-Azhar. Cerminan ini sangat jauh dari
nilai-nilai akhlaq karimah yang selalu ditanamkan oleh agama Islam
kepada seluruh pengikutnya dalam kehidupan sehari-hari.
Yang perlu kita
garis bawahi dari problem pertama ialah bahwasanya hal ini sebenarnya bukanlah
masalah yang lumayan besar. Karena status kita dan orang-orang Mesir tersebut
sama-sama merupakan pengunjung kafe yang berhak mendapatkan apa yang
masing-masing inginkan di kafe tersebut. Kita sebagai Masisir datang ke kafe
tersebut untuk menonton pertandingan timnas Indonesia. Sedangkan mereka datang
untuk bersantai sejenak dari lelahnya kehidupan yang telah mereka jalani
seharian. Tidak ada yang salah dari keduanya. Asalkan saling menghargai hak dan
kewajiban masing-masing tampaknya tidak akan muncul masalah yang berarti.
Tetapi, ada
beberapa hal yang harus kita sadari. Sudah lumrah bagi kita sebagai pendatang
di negeri mereka untuk menghormati mereka dan menjaga adab serta sopan santun
kita selama berada di negeri Mesir ini. Seperti contoh simpelnya, kita sebisa
mungkin tidak bersorak berlebihan ketika terjadi gol ataupun peluang yang gagal
dikonversikan menjadi gol. Apalagi sampai berteriak keras sehingga mengganggu
orang lain di kafe tersebut, terutama orang Mesir. Meskipun sudah menjadi
pemandangan umum ketika mereka (orang Mesir) menonton pertandingan klub
kebanggan mereka, seperti Al-Ahly dan
timnas Mesir, pasti mereka juga bereaksi berlebihan ketika tim mereka mencetak
gol. Hal ini memanglah reaksi alami dari seorang pendukung untuk meluapkan rasa
kegembiraan mereka ketika tim yang mereka dukung berhasil membuat mereka
senang. Akan tetapi, jangan menjadikan hal ini sebagai dalih untuk
menormalisasikan perilaku berteriak secara berlebihan bagi kita yang
notabenenya juga merupakan pelajar di Universitas Al-Azhar. Sudah sepatutnya
untuk menjaga marwah kita.
Sebagai mahasiswa Al-Azhar, pantang bagi kita
untuk memiliki sikap maupun perilaku yang sama sekali tidak mencerminkan status
kita. Bahkan terdapat suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
menjelaskan bahwa Rasulullah SAW. pernah melarang para sahabatnya untuk
mengumandangkan takbir dan tasbih dengan suara yang sangat lantang serupa
teriak. Bahkan beliau mengingatkan para sahabat untuk bersikap lembut baik
dalam perilaku maupun perkataan. Dalam hal ini yang kita tahu merupakan pujian
kepada Allah SWT. saja Nabi melarang untuk melakukannya dengan suara yang
sangat keras, apalagi untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya seperti bersorak
ketika nobar.
Salah satu
sifat dari seorang mukmin sejati ialah perkataannya yang selalu baik, lembut,
dan mengandung hikmah. Di antara adab yang buruk dalam berbicara adalah suka
berteriak dan meninggikan suara. Ada salah satu nasihat Lukman al-Hakim kepada
anaknya yang termaktub di dalam Al-Quran agar ia melunakkan suara.
Beliau juga menyerupakan suara orang yang suka teriak-teriak dengan suara
keledai, karena keledai memiliki suara keras dan melengking. Hal ini sangat
dicela oleh Nabi. Hendaknya kita selalu menjauhi segala perbuatan yang dicela
oleh Allah dan rasul-Nya.
Terlebih lagi
status kita sebagai warga Indonesia yang sedang merantau ke negeri orang, wajib
hukumnya bagi kita untuk selalu menjaga segala tindak tanduk kita dalam
menjalani kehidupan di negara rantau. Selain menjaga marwah kita secara
pribadi, kita juga harus senantiasa menjaga marwah negara kita, Indonesia.
Apalagi bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi sopan santun
dalam bermuamalah dengan sesama. Julukan “Ahsanun Naas” yang diberikan
oleh orang Mesir kepada kita jangan sampai hilang disebabkan dengan sikap kita
ketika nobar sepakbola.
Sekiranya
pembahasan kita di atas ini bisa menjadi bahan renungan dan muhasabah
diri kita masing-masing. Tidak ada yang salah dengan kegiatan nobar sepakbola.
Tidak salah juga ketika kita melakukannya di kafe-kafe. Akan menjadi sebuah
masalah ketika kita kelepasan dan melakukan perbuatan-perbuatan yang kurang
baik dan tidak sesuai dengan adab kita sebagai masyarakat pendatang sekaligus
pelajar. Karena selain akan membuat citra buruk terhadap para mahasiswa
Indonesia di mata masyarakat Mesir, hal ini juga tidak sesuai dengan muruah
kita sebagai thullabul ilmi di Universitas Al-Azhar, Mesir. Alangkah
baiknya kita selalu menyadari bahwa di pundak kita terbebani cap sebagai Azhary
dan senantiasa menjaga almamater kita bersama. Guru-guru kita di Al-Azhar
selalu memberi contoh budi pekerti yang baik kepada kita dalam setiap sendi
kehidupan. Bukankah sudah seyogyanya bagi kita untuk senantiasa meniru beliau
semua dalam berperilaku? Lantas siapa uswatun hasanah kita selama ini?
Mari kita tetap terus mendukung kiprah timnas sepakbola kita dengan cara menontonnya meski hanya lewat layar kaca. Akan tetapi bukan dengan cara semrawut dan awur-awuran sebagaimana yang telah penulis jabarkan sebelumnya. Melainkan dengan cara yang baik dan elegan yang senantiasa menjaga adab kita, baik sebagai Azhary maupun diaspora yang berada di negeri orang. Semoga kita semua senantiasa berada dalam lindungan taufik-Nya dalam menjalani segala titik kehidupan ini.
0 Komentar