Dunia yang berkembang begitu pesat menjadikan semakin banyak masyarakat beralih menuju perkotaan. Urbanisasi yang melejit ini tentu berdampak besar terhadap berbagai sektor: perumahan, ekonomi, perubahan iklim, dan kebijakan pemerintah. Hal ini yang kemudian mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengadakan World Urban Forum (WUF), sebuah kolaborasi antara ratusan negara yang bersatu untuk menjawab tantangan-tantangan perkembangan pemukiman dan urbanisasi serta mengangkat suara masyarakat yang ingin kebutuhan papannya terpenuhi.
“It All Starts from Home”, jargon
WUF tahun ini, mencerminkan pentingnya tempat tinggal sebagai kebutuhan primer
dan hak bagi seluruh manusia. Hunian yang layak menjadi awal dari sebuah
peradaban yang tak hanya berkembang cepat, namun juga merata dan merangkul
semua. Setelah 20 tahun tidak diadakan di benua Afrika, Kairo menjadi tuan
rumah WUF ke-12 dan menjamu tamu dari 182 negara. Ini membuktikan bahwa Kairo
memiliki ambisi yang sama dengan PBB untuk menangani permasalahan perumahan dan
pemukiman di dunia. Mengingat bahwa semangat mewujudkan hunian yang layak butuh
dilanjutkan terus, forum ini akan diselenggarakan kembali di Baku, Azerbaijan,
sebagai tuan rumah WUF 13 pada tahun 2026.
Empat kepala negara dari Mesir,
Palestina, Yaman dan Sudan, menghadiri acara pembukaan yang diikuti oleh lebih
dari 24 ribu peserta. Semua wajah antusias untuk berbagi ilmu, memperluas
jaringan dan ikut memberikan dampak dalam kegiatan yang berlangsung dari Senin
(4/11) hingga Jumat (8/11) di Egypt's International Exhibition Center. Anacláudia
Rossbach, Direktur Eksekutif UN-Habitat, mengungkapkan rasa bangganya terhadap
pemerintahan Republik Arab Mesir yang berhasil menghelat WUF terbesar dan
paling berdampak sejak diinisiasi pada tahun 2001.
WUF 12 tak hanya diikuti oleh kalangan politikus dan akademisi saja, melainkan menjadi wadah bertukar pikiran antara organisasi filantropi, lembaga swadaya masyarakat hingga mahasiswa dengan latar belakang yang sangat beragam. Hal ini menjadikan WUF sebagai pengalaman yang kaya akan makna, sebab pemangku kepentingan bisa langsung mendengar aspirasi masyarakat, lembaga-lembaga memperluas koneksi mereka, dan pelajar mampu mendapatkan wawasan internasional yang berharga. Di sini, seluruh peserta dibebaskan untuk menjelajahi bidang yang diminatinya dan bertanya langsung kepada pakar-pakarnya.
Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dalam WUF 12 mencakup forum dialog, roundtable, pelatihan, voice
from cities dan sebagainya. Setiap peserta diberikan buku panduan yang
membantu mereka memilih kegiatan dengan topik yang menarik bagi mereka.
Kegiatan-kegiatan itu diadakan dalam bilik-bilik besar dan diisi oleh
pembicara-pembicara yang reputatif. Salah satu pusat perhatian dalam WUF ini
adalah pameran yang tidak pernah sepi pengunjung. Puluhan negara, organisasi
non-profit dan lembaga pendidikan turut meramaikan gedung pameran,
memperkenalkan program dan cita-cita mereka ke depan. Melihat barang-barang
tradisional, berkenalan dengan perwakilan dari berbagai negara dan mendapat
oleh-oleh yang unik tentu tidak dilewatkan oleh peserta WUF. Bahkan, ada urban
cinema yang menampilkan berbagai film dan selalu penuh dengan
penonton. Setiap setengah jam, ada film dokumenter menarik untuk ditonton yang mengangkat
banyak isu seputar pemukiman dan dijelaskan lebih mendalam oleh perwakilan kru
produksi film tersebut.
“WUF 12 ini tidak membatasi kita sebagai mahasiswa
yang belajar dirasah islamiyyah untuk mengetahui berbagai aspek dalam
kehidupan berkelanjutan. Karena setiap individu kita, berperan penting untuk
mewujudkan perubahan. Mulai dari hal yang kecil dulu. Dari WUF ini, kita bisa
berinteraksi dengan politikus yang berperan sebagai penentu kebijakan,
akademisi, pebisnis dan juga berbagai stakeholder. Di forum ini kita
juga bisa bertukar pikiran dan pengalaman dari perwakilan berbagai negara,
sehingga mendapat banyak sekali wawasan baru. Hal paling berkesan bagi saya di
WUF kali ini adalah bertemu dengan orang-orang dari berbagai negara yang belum
pernah saya dengar sebelumnya, seperti Malawi dan Eswatini,” ujar Muhammad
Sabiilal, seorang masisir yang aktif mengikuti acara-acara internasional.
Red: Haekal
Editor: Ilmi
0 Komentar