Oleh: Anantarudira
Hembusan angin sepoi melewati sela-sela pohon yang rindang, membuat dedaunan jatuh dengan sebuah alasan, menandakan musim semi sudah tiba. anak-anak di desa Tena berlarian melepas penat selepas belajar membaca alquran dengan bimbingan Sokra, guru mengaji yang gemar berkelana dan memiliki ambisi untuk membebaskan umat muslim dari wabah buta huruf A-Qur’an.
“Guru, kenapa sih harus belajar membaca alquran?” ujar Aris, salah satu murid berumur satu dekade yang suka melamun dan berkhayal. Dengan tersenyum guru Sokra menasehatinya, “Wahai muridku Aris, membaca alquran itu seperti membaca panduan memasak bagi seorang koki yang hendak menyajikan hidangan dengan baik dan benar, karena dalam hidup yang singkat ini, segala sesuatu harus ada ilmu dan pedomannya, dan tidak bisa kita hidup di dunia ini sesuai dengan kemauan tanpa ada pedoman sebagai pegangannya, dan alquran adalah pedoman hidup nyata yang langsung diberikan oleh Sang Pencipta kepada kita makhluknya”.
Seketika daun kuning jatuh tepat di pangkuan Aris seraya ia berkata, “Guru, apakah jatuhnya daun ini beralasan?”
Sambil menghela nafas dengan tatapan heran, guru Sokra menjawab ,“Betul muridku, tidak ada satu pun di dunia ini yang terjadi tanpa kehendak Sang Pencipta, lantas apa alasan dari jatuhnya daun yang sudah menguning? Alasannya adalah segala sesuatu yang ada di dunia memiliki masa dan waktu masing-masing yang akan selalu berputar dan berganti, daun yang kuning pernah hijau dan tampak segar, begitu juga dengan manusia, gurumu ini juga pernah muda dan tampak bugar (sambil tertawa kecil)”.
Suara adzan maghrib mengudara ke setiap rumah-rumah yang ada di desa Tena, dengan membawa ketenangan dan seruan menuju kemenangan bagi seluruh umat muslim, Percikan setiap air yang jatuh dari basuhan wudhu mengalir terbuang bersama dosa-dosa yang diperbuat seorang muslim pada hari itu. Menunaikan solat dengan penuh taat menciptakan keharmonisan hubungan antara makhluk dengan Sang Pencipta yang hanya diketahui oleh orang yang ikhlas dan pasrah dalam pelaksanaannya, salam sebagai penutup dan awal dimulainya lembaran baru dengan niat lebih baik sampai waktu solat berikutnya.
Aroma dari hidangan di setiap rumah memicu nafsu perut semua orang yang usai menunaikan kewajiban dan juga kebutuhan wajib bagi setiap muslim.
“Wah, bau rendang sudah menghantam hidung nih, ibu masak apa ya di rumah?” ujar Aris dengan perasaan menggebu-gebu ingin mengisi kekosongan perutnya.
Pintu rumah terbuka dengan penuh harapan, tapi Aris tidak mencium sedikit pun aroma masakan hidangan ibu, ia langsung tampak kecewa dengan harapan yang pupus seraya menemui ibunya dan berkata, “Ibu, malam ini mau masak apa?” (dengan penuh harapan memasak hidangan yang lezat).
“Kita masak sayur sop sama tempe ya nak” ujar ibu kepada Aris.
“Baik ibu, apa yang bisa Aris bantu bu?” ujar Aris dengan sedikit rasa kecewa.
“Aris tolong ibu belikan tempe dan minyak goreng di warung bu Kanti yaa, ambil uangnya di dompet biru di atas sofa” tolong ibu kepada anaknya yang masih muda.
“Baik ibu” jawab Aris dengan senyum dan sedikit rasa enggan.
Aris pun bergegas menuju warung bu Kanti untuk membeli tempe dan minyak goreng. Di tengah perjalanan ia menemui anak kecil berjualan tisu dengan harga sangat murah dan ia pun menghampirinya dengan tujuan membeli tisu tersebut karena merasa kasihan seraya bertanya kepada anak kecil itu, “Dek, kok malam-malam gini belum pulang ke rumah dan malah jualan tisu?”.
“Saya tidak punya rumah, dan hanya dengan jualan tisu saya bisa mendapatkan uang untuk makan kak” jawab pedagang kecil itu kepada Aris.
Aris merasa kasihan dan malu seraya berkata ,“Baik dek, kakak mau beli tisunya 3 yaa”
“Baik kak, ini tisunya, terima kasih ya kak” ucap adik kecil itu kepada Aris.
“Sama-sama dek, semoga dimudahkan segala urusannya” ucap Aris dengan perasaan khawatir dan penuh harapan.
Sesampainya di warung bu Kanti ia langsung membeli apa yang dipesankan ibu kepadanya kemudian ia langsung melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Sesampainya di rumah ia merenung atas kejadian yang barusan ia temui.
Hidangan sudah siap untuk dimakan, lafaz basmalah sudah dilantunkan dan Aris memakannya dengan sangat lahap seraya berkata, “Alhamdulillah ya bu, kita masih diberikan kesempatan untuk menikmati makanan yang halal dan sehat, tanpa harus bersusah payah mencari uang dulu untuk bisa menikmati makanan ini dan juga sayuran dan tempe ini terasa sangat nikmat”.
“wahh, nikmat sekali sayur dan tempe ini, jangan sampai ada makanan yang tersisa nih, tidak sia-sia aku harus beli dulu ke warung bu Kanti (sambil sedikit tertawa)” ucap Aris dengan bangganya.
Di balik setiap apa yang terjadi dalam hidup ini, pasti memiliki alasan serta pelajaran yang bisa diambil selama kita bisa menyadarinya dan selalu berperasangka baik. Segala sesuatu yang diperjuangkan lebih memiliki arti daripada yang kita dapatkan dengan cuma-cuma
0 Komentar