Header Ads Widget

Darussalam Audio

Benarkah Musim Dingin Dikenal Sebagai Musim Peringatan Bahaya di Kalangan Masisir?


Oleh : Inayah Mukerin

The winter is coming! Begitulah kalimat yang diucapkan Mahasiswa/i Indonesia yang ada di Mesir (Masisir) ketika musim panas mulai berganti menjadi musim dingin. Sebagai mahasiswa yang tinggal di luar negri, kita harus bersiap menghadapi berbagai hal baru, salah satunya adalah perbedaan iklim yang akan dirasakan. Lumayan terasa sulit dan dibutuhkan effort yang lebih untuk mengondisikan diri. Terlebih lagi jika kita termasuk kategori mahasiswa baru (Maba).

Adaptasi seperti apa yang dibutuhkan? Adaptasi yang membutuhkan penyesuaian yang cukup lama. Biasanya masisir dibekali persiapan yang diarahkan langsung oleh para senior. Rambu-rambu tanda bahaya ini akan menjelajahi bumi kinanah setiap tahunnya. Perlu kalian ketahui bahwasanya Mesir mempunyai empat musim yaitu; musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Musim panas dan dingin dikenal dengan musim yang ekstrem/danger, karena saat musim panas itu sangat panas sekali dan saat musim dingin bisa dingin sekali.

Di pergantian musim inilah banyak munculnya important warnings, yang menghimbau seluruh masisir agar selalu stay safe kemanapun mereka pergi, memperhatikan kesehatan fisik, mulai dari cara berpakain di musim dingin, megonsumsi vitamin yang cukup, makan makanan yang sehat dan selalu mewanti-wanti agar tetap berada di dalam rumah ketika malam hari jika tidak ada keperluan yang mengharuskan keluar dari rumah.

Terlebih important warnings ini langsung bersumber dari kebijkan masing-masing kekeluargaan, Dewan Keamanan dan Ketertiban Mahasiswa (DKKM), bahkan Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia Mesir (PPMI Mesir), yang langsung ikut menyuarakan hal ini. Betapa pentingnya maklumat seputar pergantian musim dingin di negeri kinanah bagi masisir.

Musim dingin mengakibatkan banyak masisir yang mengalami sakit demam, flu, batuk, gangguan salura pernafasan, dan sakit lainnya. Sakitnya bukan dikarenakan COVID-19, melainkan karena perubahan suhu yang belum terbiasa bagi warga Asia Tenggara. Jadi musim dingin juga disebut sebagai musim pancaroba yang menyebabkan ketidakstabilan kesehatan. Sehingga banyak yang terkena dampaknya. Ini adalah bahaya pertama yang dialami di musim dingin.

Lalu permasalahan selanjutnya adalah apakah kita harus melewati fase sakit ketika musim dingin? Jawabannya tidak. Ada beberapa langkah untuk mencegahnya, terlebih untuk masisir yang sudah menetap beberapa bulan bahkan bertahun di Mesir. Mereka bisa melakukan persiapan lebih untuk menghadapi musim dingin, dan mereka sudah punya pengalaman serta gambaran untuk bertahan di musim tersebut. Terlepas dari itu, maba akan mendapat arahan langsung dari senior-senior kekeluargaan.

Bagaimana jika masih banyak dari kalangan masisir yang terkena sakit di musim dingin? Jawabannya kembali pada masing-masing individu, karena orang yang sakit di musim dingin dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama yaitu karena kita sekarang berada di fase awal musim dingin, yang di mana itu peralihan dari musim panas ke  musim dingin. Dan tentunya setiap imun yang kita miliki berbeda-beda untuk penyesuaian, yang tadinya kita sudah sesuai dengan iklim panas dan sekarang beralih ke iklim yang dingin. Tentu metabolisme tubuh kita ada yang cepat, ada yang lambat, ada yang bisa menerima dengan signifikan, dan ada yang tidak. Itulah yang disebut sebagai musim pancaroba, karena di Indonesia setelah musim panas datang musim hujan.

Ketika berada di fase setelahnya yaitu puncak musim dingin, yang di mana bisa kita katakan dinginnya cukup ekstrim, dan ini termasuk faktor eksternalnya. Jika faktor internalnya ada mereka yang punya fisik atau metabolisme yang tidak begitu kuat, metabolismenya rendah terhadap musim dingin, sensitif terhadap musim dingin, alergi dan lain-lainnya. Sehingga mereka gampang merasakan dinginnya cuaca.

Faktor kedua: mereka yang terkena sakit di musim dingin ini, bisa dikatakan kurang aware dengan dirinya sendiri, mereka tidak tau apa yang dibutukan, dipersiapkan, seberapa kebal ketahanan tubuh diri mereka masing-masing dalam menghadapi musim dingin ini. Terkait diri pribadi saja mereka tidak peduli apalagi terhadap lingkungan sekitar.

Mereka yang tetap sehat, dikarenakan mereka memiliki metabolisme yang cukup kuat serta mereka peduli dengan dirinya masing-masing, sering mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin agar menjaga imun tetap stabil. Orang yang peduli terhadap dirinya, kemungkinan besar mereka juga peduli dengan lingkungan sekitarnya dan terus update tentang important warnings ini, sehingga mereka tidak terkena sakit dan gejala lainnya.

Warning of danger lainnya yaitu ketika keluar malam di atas jam normal, kenapa dikatakan jam normal? Karena di musim dingin ini malam akan lebih panjang daripada siang, sehingga jam sepuluh dikatakan sudah cukup malam. Sementara di waktu itu udara lebih mencengkam dan banyak kejadian-kejadian tindak kriminal yang beraksi. Kenapa? Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, jam sepuluh sudah batas terakhir kita berada di luar. Terlebih kita itu berjalan keluar rumah sendiri. Terkhusus bagi para mahasiswi sangat diwanti-wanti untuk tidak berjalan keluar rumah sendiri dan di atas jam normal.

Jadi, kejadian-kejadian tindak kriminal bukan sepenuhnya niat dari pelaku. Akan tetapi juga ada andil dari kelalaian kita. Karena kita tidak berhati-hati dengan keadaan, kita tidak peduli dengan diri kita, dengan peraturan dan himbauan yang mengakibatkannya menjadi celah/peluang bagi pelaku tindak kriminal.

Di sinilah maksud dari kata Warning of Danger tersebut, yang di mana peringatan-peringatan yang sudah dihimbau kepada seluruh mahasiwa dan masiswi Indonesia, agar tetap ditaati. Dan jika mereka tidak menaati atau tidak peduli, maka mereka sendiri akan terkena danger tersebut. Jadi selain kita juga mejaga kesehatan dimusim dingin ini agar tidak sakit, kita juga senantiasa menjaga keselamatan diri.

Akhirnya, kembali ke poin awal, di mana peringatan bahaya ini dapat dicegah sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. “Sedia payung sebelum hujan” begitulah pribahasa berkata, alangkah baiknya kita mencegah dengan mempersipkan dan membentengi diri ini sesuai dengan apa yang kita dibutuhkan.

Posting Komentar

0 Komentar