Header Ads Widget

Darussalam Audio

Gadis Jawa Bermimpi Besar

 

Gadis Jawa Bermimpi Besar

 Oleh: Husain Azhari

Dari sudut terpencil, jauh dari hingar bingar keramaian, jauh dari hiruk pikuk keributan. Suasananya damai, tenang, tentram dan juga sederhana. Cuacanya terasa sangat cerah bak tanpa gemuruh awan pekat. Kicauan burung saling bersautan, gemicik air mengalir dari sungai terdengar sangat tenang. Ditambah dengan pepohonan yang rindang nan asri, membuat sekitar terasa lebih teduh. Pagi hari ini udara terasa sangat sejuk dari hari biasanya.

Duduk seorang gadis cantik jelita dengan rambut hitam, berbaju pink dibalut dengan kerudung putih menutupi rambutnya, tingginya sekitar 165 cm. Sorot matanya yang teduh dan alis yang tebal menambah kesan wajah lebih menarik, ditambah dengan lesung pipi dan senyumnya yang khas menjadi lebih mempesona. ia sedang duduk santai membaca buku di teras rumah sambil menyeduh air hangat. Buku yang dibacanya berjudul Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Berharap dengan apa yang ia baca, bisa tercerahkan untuk terus tergerak merubah kehidupan yang lebih baik dan bisa mengejar cita-cita dan impianya itu. 

Mutiara, nama panggilanya. Kebanyakan orang memanggilnya begitu. ia tinggal di rumah sederhana di sebuah desa kecil jauh dari kota. Bersama 2 adiknya, hidup dengan segala keterbatasan dan perjuangan. Sebab, mereka ditinggal oleh kedua orangtuanya sejak 5 tahun yang lalu. Sebagai kakak pertama, sudah menjadi tugas dan tanggungjawabnya untuk menjadi tulang punggung memenuhi semua kebutuhan kedua adiknya. Dari membiayai kebutuhan pokok hingga memenuhi biaya sekolah keduanya.

Meskipun dirinya seorang perempuan, namun tekad dan semangatnya luar biasa. Semangat dalam mencari rezeki dan memperjuangkan pendidikan selalu ia perjuangkan. Terlihat dari kerja kerasnya dalam bekerja dan belajar. Ya, ia bekerja sambil menempuh pendidikan. ia bekerja di sebuah pasar tradisional di daerahnya. Setelah bekerja melanjutkan sekolahnya di siang hari. Jenjang pendidikan yang ia tempuh adalah Sekolah Menangah Atas. Ditengah kesibukanya bekerja di pasar. Tak lupa pula tugas sekolah selalu ia kerjakan dan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Yusuf dan Fatimah, nama kedua adiknya yang masih berusia remaja. Keduanya sedang menempuh jenjang pendidikan yang sama, yaitu Sekolah Menengah Pertama. Bercita-cita ingin menjadi guru dan perawat. Sebagai adik yang baik, mereka berinisiatif untuk membantu kakaknya, awalnya mereka ingin membantu di tengah-tengah kesibukanya bersekolah. Namun, Mutiara, kakaknya tidak memperbolehkan dengan alasan supaya fokus belajar dan sekolah saja. Supaya bisa menggapai cita-cita dan impianya tanpa harus bekerja seperti dia.

Pintar dan rajin adalah sifat yang selalu melekat pada Mutiara. ia seringkali memenangkan berbagai perlombaan dan kejuaran dari tingkat kecamatan hingga tingkat nasional. Tak heran, jika teman-temannya selalu ingin belajar banyak darinya. Apalagi kebanyakan orang mengenalnya dengan sifat yang suka berbagi ilmu, cerdas, pintar, ramah, ceria dan menyenangkan. Tak sedikit pula para lelaki sebayanya yang mendekatinya bahkan menggodanya. Namun, ia tak mengubris hal-hal remeh seperti itu. ia tetap fokus pada belajar dan bekerja

“Mutiara, ayok, besok kita belajar bareng dirumahmu, ya!” Ajak Rihma, teman sebayanya. Merekapun berjalan sembari membawa buku menuju gerbang keluar sekolah dan kembali ke pulang ke rumah masing-masing.

“Boleh, tapi, setelah aku pulang dari sekolah, ya. Malam hari insyallah aku bisa. Ajak teman kamu semuanya, ya, Rihma!” Pungkasnya begitu. Mutiarapun pergi meninggalkan temanya, berjalan manaiki angkutan umum menyisakan suasana sekolah yang lenggang.

“Assalamualaikum, Mutiara!” Mutiara mendengar suara orang mengetuk pintu dari dalam rumah. ia pun bergegas berjalan menuju sumber suara.

“Waalaikumsalam. Eh, Rihma dan kawan-kawan, Jangan berdiri saja di depan pintu. Ayok, masuk ke dalam rumah. Maaf banget kalau rumahnya tidak seperti yang kalian harapkan. Ujarnya.

“Ah, Gapapa, Mutiara.” Kami kemari untuk belajar bukan untuk menilai rumahmu bagus atau tidak. Terimakasih sudah menerima kami semua dengan hangat. Jelas Rihma.

Singkat cerita malam menunjukan pukul 00.00 pertanda hari sudah larut malam. Belajar bersama dan diskusi menjadikan detak waktu berjalan begitu cepat. Seolah-olah Tuhan sedang mempercepat waktu manusia. Rihma dan kawan-kawanpun beranjak dari tempat duduk menuju pintu keluar melambaikan tangan sebagai tanda pamitan pada Mutiara. lalu mereka bergegas pulang menuju rumah masing-masing.

Esok harinya, saat sedang berangkat menuju sekolah seketika ia teringat satu kutipan.
‘’Tinggikan cita-cita dan mimpimu, lalu kerja keras, kerja cerdas dan doa tanpa jeda hingga bisa melampui – bukan hanya meraih semua cita-cita dan mimpi itu!” satu kutipan itu ia dapati saat membaca buku di perpustakaan. ia simpan dan dijadikanya pegangan dalam setiap langkah  perjuanganya. Disaat merasakan sedih, kecewa, down dan perasaan-perasaan lainya yang membuatnya capek, ia kembali teringat kutipan itu sehingga membuat dirinya kembali merasakan kebahagian dan semangat lalu jiwanya semakin memuncak dan membara untuk menggapai cita-citanya menjadi dokter.

Perjuanganya dalam menghadapi segala cobaan hidup selalu beriringan dengan amalan-amalan ibadah yang selalu ia kerjakan setiap hari. ia tak hanya mengejar dunianya saja namun selalu ada ruang dalam dirinya untuk mengabdikan diri kepada Tuhanya. Hingga saat selesai melaksanakan sholat dia tidak langsung berdoa. Tetapi, dia menidurkan dirinya diatas sajadah sambil menangis dan hanya menyebut nama Allah.

Helaan nafasnya berat, lalu ia terpejam sejenak seketika nafasnya kembali ringan dan ia pun berkata “Ya Allah, ya Tuhanku, engkau yang maha mengetahui isi hatiku.” Dengan tak sadar air matanya turun. Sebagai saksi bahwa apa yang ada di dalam hatinya itu sedang bersungguh-sungguh meminta kepadanya. Seketika air matanya mengalir deras.

Suasana seketika hening, udara malam yang dingin menerpa tubuh yang sedang terbaring diatas sajadah. Di atas sajadah ia merasakan seakan-akan kedua orangtuanya sedang melihat Mutiara dari arah dimensi berbeda. Namun, ia percaya ini bukan hanya soal pebedaan dimensi semata, tetapi ada cinta yang mengalir
 dan pembuktian diri kepada orangtuanya bahwa ia bisa menjalani hidup dan mengejar cita-cita meskipun terasa sangat berat. Jam berdetak pukul 02.00 malam dini hari. Segera tubuhnya beranjak dari tempat sholat, kemudian dilipatkanya sajadah itu di tempat semestinya. Malam ini terasa lebih tenang dan hangat. Gerlapan bulan dan bintang terasa seperti mengawasinya dari atas sana. Lenggang suasana menyisahkan ia sendiri di ruangan tersebut. Kedua adiknya sudah tertidur lelap sejak pukul 23.00. 

Matahari terbit dengan cerah dari ufuk timur pertanda ada harapan baru, semangat baru dan kisah-kisah baru. Pagi ini, semua warga sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Pagi ini Mutiara tidak bekerja, namun, ia bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah untuk menghadiri wisuda yang akan dilaksanakan di sekolah. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu oleh semua murid dan orang tua. Satu titik yang ia impikan
  kurang lebih dari 3 tahun lamanya dan telah berada pada garis akhirnya. Hingga akhirnya kelulusan itu menjadi akhir dari perjalanan masa remaja dan awal perjalanan baru untuk mengarungi kehidupan yang lebih luas lagi. Tanda kebahagian itu terlihat, antara sedih dan bahagia menjadi satu rasa. Semua merayakan pesta wisuda itu.

Teman-temannya saling berpelukan, saling memberi ucapan selamat pada sesamanya juga pada gurunya. Beberapa ada yang memberikan kenang-kenangan ada pula yang memberikan bunga sebagai tanda ucapan terimakasih. Dan Mutiara mendapatkan banyak sekali ucapan, kado, hadiah dari teman-temanya dan juga gurunya. Sebab, mereka mendapatkan banyak ilmu dan juga pengalaman serta hal-hal yang baik yang selalu mereka kenang sampai kapanpun. Mutiara seperti bak
role model dalam banyak hal.

Semua murid berpamitan pada guru juga pada semua petugas yang berada di sekolah. Hingga semua beranjak pergi meninggalkan sekolah dan kembali ke rumah masing-masing sembari membawa ijazah kebanggaan.

Seketika beranjaklah dewasa, sebuah perjalanan baru untuk mengarungi kehidupan di luar sana akan ia jalani. Berkat perjuangan dan kerja keras sejak ia remaja mengantarkannya pada cita-cita dan impianya itu. Ya, ia berhasil meraih cita-citanya menjadi Dokter melalui beasiswa yang didapatkanya dari program pemerintah. Dengan penuh keyakinan dan tanpa ragu.
  Ia menjalaninya dengan penuh optipimis dan mendapatkan banyak prestasi serta berkontribusi sebagai timbal balik atas yang ia dapatkan dari beasiswa yang diberikan. Begitupun dengan kedua adiknya mereka tetap melanjutkan sekolahnya pada jenjang berikutnya yaitu Sekolah Menengah Keatas dengan gratis tanpa biaya sepeserpun.


Singkat cerita, mereka bertiga lulus dari sekolahnya. Mutiara sudah berumur 27 tahun, kedua adiknya masing-masing berumur 25 tahun. Mereka berjalan menuju kehidupan yang baru. Ya, mereka menemukan pasangan dan kekasih hatinya masing-masing. Mereka bertiga membawa keluarganya yang baru untuk pergi menuju pusara makam kedua orangtuanya itu. Mereka duduk di sekeliling makamnya. Sembari mendokan dan berdoa utuk keduanya. Air mata seketika jatuh dan membasahi bumi. Kembali teringat memori pada masa lalu saat perjuangan mereka menghadapi berbagai cobaan hidup. Air mata semakin deras dan hujan mengguyur mereka. Seketika suasana menjadi hening dan tenang. Merekapun usai dan memutuskan kembali menuju mobil. Mobil meninggalkan area pemakaman dengan cepat dan hilang seketika.

Mutiara, adalah anak pertama yang selalu membanggakan. Dalam dirinya selalu memancarkan cahaya yang dapat menyinari sekitarnya, cinta dan tulus selalu mengalir untuk kedua adiknya, dalam dirinya terpatri semangat dan pantang menyerah dalam mengejar cita-cita dan impian, meskipun semuanya harus ia jalani dengan penuh pengorbanan dan air mata. Bekerja untuk membiayai kedua adiknya untuk bersekolah dan juga memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Namun, semua itu ia jalani dengan penuh rasa sabar dan ikhlas. Ia yakin Tuhan selalu menolong hambanya. Bahkan termaktub dalam sebuah potongan ayat suci
“Berdoalah kepadaku niscaya aku akan menjawab doa-doa kalian.” Nilai dan ajaran itu selalu ia pegang dimanapun dan kemanapun. Pesan dari Mutiara kepada seluruh perempuan diluar sana agar selalu bertahan dan semangat dalam mengejar cita-cita. Tuhan tak pernah tidur, ia selalu bersama hambanya. Wahai para perempuan janganlah kalian bersedih, jangan pula berkecil hati, jika ada harapan dan cita-cita dalam diri kalian, pasti selalu ada jalan bagi mereka yang ingin menggapainya.

-TAMAT-

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Hebattt kerennnn terus semangat menulis dan berkarya yaaaa✨👏🏻

    BalasHapus