Pada hari Kamis (31/10), dimulai tepat waktu pada 15.00 WLK, Pena Darussalam bersama dengan Perpustakaan Mahasiswa Indonesia Kairo Mesir (PMIK) berkolaborasi untuk menginisiasi Seminar Kepenulisan Sastra yang diadakan di ruang baca PMIK. Seminar yang bertema "Meromantisasi Realita, Bersuara Lewat Sastra" ini dibawakan oleh Penyair Nasional yaitu Fatin Hamama, atau akrab dipanggil Ummi Fatin. Berawal dari kunjungan beliau ke Mesir, Pena Darussalam mengundang beliau untuk memperkenalkan jenis tulisan sastra baru yaitu Puisi Esai kepada masisir. Harapan diadakannya seminar ini – seperti yang disampaikan oleh Agung Febiansyah, Kepala PMIK – adalah agar literasi di kalangan masisir bisa meningkat, serta bisa mewarnai dunia lewat literasi, sehingga bisa menormalisasikan indahnya bersuara lewat sastra.
Ummi Fatin merupakan salah
seorang penyair nasional kelahiran Padang Panjang, sosok yang telah mengenal
dunia sastra sejak umur delapan tahun dari sebuah rutinitas pembelajaran surau
di ranah minang bernama didikan shubuh. Sempat mengenyam pendidikan di Al-Azhar
lalu menemani suami beliau yang melanjutkan pendidikan doktoral di Al-Azhar,
Ummi Fatin tinggal selama 10 tahun di Mesir. Di bumi kinanah beliau dulu aktif
menyuarakan sastra dalam puisi, bahkan dalam pengalaman beliau, Ummi Fatin
pernah membantu Habiburrahman El-Shirazy dalam menulis buku Ayat-Ayat Cinta.
Acara yang dimulai tepat waktu
pada 15.00 WLK ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai macam kalangan. Tak
lupa pihak Pena Darussalam ikut melibatkan media-media masisir untuk ikut
berbagi pengalaman dan mengembangkan sastra masisir. Acara berlangsung dengan
khidmat dan hangat. Diawali dengan menonton panduan menulis Puisi Esai dari
Deny JA, sosok yang menggagas puisi esai sejak tahun 2010. Menambah penghayatan
dalam kegiatan, Ummi Fatin sendiri membacakan langsung puisi esai karya beliau
dengan judul “Mazmur Duka, Mazmur Cinta”. Dalam sebuah sesi beliau memberi
kesempatan kepada peserta untuk langsung praktek menulis karya puisi esai dan
langsung mengoreksinya.
Ummi Fatin Hamama mengatakan,
"Jangan berpikir bahwa puisi itu sebuah kegilaan seniman, hanya sebuah khayalan,
kata-kata manis yang tidak ada artinya, tapi percayalah, apa yang mereka
pikirkan itu bukan begitu adanya!” Pemikiran tersebutlah yang membuat beliau
menjadi semangat untuk menulis dan menciptakan puisi esai, ditambah dengan
adanya support dari suami untuk melanjutkan nulis dan membaca puisi. Beliau
menyampaikan kesan penuh kehangatan dari penyelenggaraan kegiatan ini, “Terima
kasih, saya sudah dibuat nostalgia.”
“Ternyata semeriah itu,” ucap
Agung selaku Ketua PMIK dengan antusias .
Dia berbagi kesannya atas penyelenggaraan kegiatan ini, “Ternyata yang saya
khawatirkan juga masalah ngaret, saya cemas. Ternyata on time. Bisa
masisir tepat waktu di acara ini, pemateri juga hadir tepat waktu, sungguh
keberhasilan yang sangat luar biasa. Buat acara ini juga selain antusiasnya
yang luar biasa, kita juga dapat menemukan bakat-bakat yang terpendam di
masisir. Tiba-tiba dalam waktu beberapa menit tadi kita diminta buat puisi,
langsung puluhan puisi jadi di tempat saat itu juga. Kita bisa nilai juga puisi-puisinya
luar biasa.”
Red: Naya
Editor: Ilmi Hatta
0 Komentar