KH. Ahmad Mustafa Bisri atau lebih akrab dengan panggilan Gus Mus adalah salah satu tokoh Nahdlatul Ulama yang merupakan lulusan dari Universitas
Al-Azhar puluhan tahun silam. Ulama yang sekaligus sastrawan terkemuka ini
melakukan kunjungan ke Mesir sejak Ahad (22/9) bersama rombongan nahdliyyin
lainnya, di antaranya KH Fadlolan Musyaffa, dan KH. Abdullah Ubab. Dalam kunjungan
spiritualnya di Mesir, Gus Mus beserta rombongan difasilitasi oleh Rehlata Tours
and Travels dengan jadwal perjalanan yang telah diatur sedemikian rupa. Senin
siang (23/9) di halaman Jami Al-Azhar, di tengah rentetan kunjungan beliau, Kru
Pendar mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai beliau langsung untuk menggali
kisah pergerakan mahasiswa Indonesia di Mesir pada zaman beliau, khususnya
tokoh-tokoh dari Gontor.
Kiai karismatik tersebut menempuh studi di Mesir sejak tahun 1965. Pada
masa menuntut ilmu, beliau pernah satu masa dengan Alm. KH. Abdullah Syukri
Zarkasyi, pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor (1985-2020). Gus Mus
menuturkan, “Saya mulai di sini tahun 65, kemudian (Kiai) Abdullah Syukri itu
menyusul. Setelah setengah tahun di sini Abdullah Syukri datang.” Bersama-sama
tinggal di Madinatul Bu’ust, Gus Mus menyampaikan bagaimana kisah Kiai
Syukri selama di Mesir, “Kiai Abdullah Syukri itu orangnya cerdas sekali. Dia
berangkat ke sini bersama santri Gontor namanya Ali Amin”.
Kedekatan antara KH. Mustafa Bisri dan KH. Abdullah Syukri Zarkasyi salah
satunya ditandai dengan keterlibatan mereka di Himpunan Pemuda dan Pelajar
Indonesia (HPPI), yang juga pada masa itu bersama dengan KH. Abdurrahman Wahid
(Gus Dur) sebagai Sekretaris Jendral HPPI – sekarang PPMI. Gus Mus menyampaikan
bahwa sebagai seorang pelajar, Kiai Syukri punya sisi istimewa. “Kiai Abdullah
Syukri itu punya keistimewaan sering tirakat di makamnya Imam Syafi’i. Terutama
kalau mau ujian pasti ke sana. Kalau ramadan juga tarawihnya di Sayyidina
Husain, Imam Syafi’i”. Usaha-usaha spiritual berupa tirakat merupakan faktor
penting untuk membentuk diri dan meraih kesuksesan. Keistimewaan Kiai Syukri
ini sepatutnya diteladani oleh para alumni Gontor dan mahasiswa Indonesia di
Mesir.
Beliau menambahkan sebuah pesan untuk para mahasiswa untuk fokus belajar
dengan cara belajarnya masing-masiing. “Namanya pelajar itu tugas utamanya ya
belajar. Belajar itu macam-macam caranya, tergantung pribadi masing-masing,
tergantung kecerdasannya masing-masing”. Beliau menyebutkan bahwa cara belajar Kiai
Syukri, Gus Dur, sampai Prof. Quraish Shihab itu tidak sama satu dengan yang
lainnya, “Jadi, berbeda-beda caranya tapi tetap belajar. Yang terpenting di
situ karena masih pelajar.”
Gus Mus melanjutkan rentetan perjalanan di Mesir bersama rombongan dan
pihak travel ke tempat-tempat di Kairo seperti Masjid Sayyidina Husain, serta
ke daerah-daerah lain: Hurghada, Humaitsara, Luxor, juga Alexandria. Setelah
menyelesaikan rentetan kunjungan di negeri Kinanah, beliau beserta rombongan
bertolak ke tanah suci pada Jumat (27/9) untuk menunaikan ibadah umrah.
Red: Ilmi, Fakiha, Dzikri
Editor: Dillan Nuaerillah, Sayyida Aisyah Zahira
2 Komentar
Ma syaa Allah
BalasHapusBarakallah stadzi
BalasHapus