Jepang dan Potensi Mega Gempa di Palung Nankai
Jepang baru-baru ini mengeluarkan peringatan terkait peningkatan risiko terjadinya mega gempa setelah gempa berkekuatan magnitudo (M) 7,1 mengguncang zona seismik di sepanjang Pantai Pasifik pada Kamis, 8 Agustus 2024. Gempa ini terjadi di area Palung Nankai, sebuah zona subduksi di mana Lempeng Laut Filipina bergerak di bawah Lempeng Eurasia. Para ahli memperingatkan bahwa jika gempa megathrust besar terjadi di Palung Nankai, dampaknya bisa sangat dahsyat, dengan potensi menelan ratusan ribu korban jiwa dan menyebabkan kerugian ekonomi hingga triliunan dolar.
Menurut laporan dari Straits Times, Jepang memperkirakan bahwa mega gempa di Palung Nankai berikutnya bisa mencapai magnitudo sebesar 9,1. Profesor Naoshi Hirata dari Universitas Tokyo menyatakan bahwa penduduk di wilayah yang mungkin terkena dampak bencana ini harus waspada dan meninjau kembali prosedur evakuasi. Mega gempa ini berpotensi memicu tsunami dengan gelombang setinggi hingga 30 meter yang dapat mencapai Pantai Pasifik Jepang hanya dalam beberapa menit.
Jepang, sebagai negara yang terletak di Cincin Api Pasifik, merupakan salah satu negara paling rawan gempa di dunia. Pada tahun 2011, gempa berkekuatan M9,1 di timur laut Jepang menyebabkan lebih dari 15.000 orang tewas, memicu tsunami, dan mengakibatkan kebocoran nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima. Sejarah mencatat bahwa gempa di Palung Nankai telah terjadi beberapa kali sejak tahun 684, dan gempa terakhir di zona ini terjadi pada tahun 1946 dengan kekuatan 8,0 SR.
Apa Itu Gempa Megathrust?
Gempa megathrust adalah jenis gempa bumi yang terjadi di zona megathrust, yaitu area pertemuan antara dua lempeng tektonik di kerak bumi. Zona megathrust ini merupakan bagian dangkal dari jalur subduksi, di mana satu lempeng bumi menumpuk dan mendorong lempeng lainnya. Proses ini menyebabkan akumulasi tegangan yang sangat besar, dan ketika tegangan ini melebihi batas elastisitas batuan, terjadi patahan yang tiba-tiba, memicu gempa bumi besar dan berpotensi tsunami.
Indonesia memiliki banyak zona megathrust yang aktif, termasuk di sepanjang pantai barat Sumatra, selatan Jawa, dan sekitar Papua. Kondisi ini membuat Indonesia sangat rentan terhadap gempa megathrust, yang dapat memiliki magnitudo hingga 9,0 atau lebih. Gempa megathrust terkenal dengan kekuatannya yang besar dan kemampuannya untuk memicu tsunami yang dahsyat, seperti yang terjadi pada gempa dan tsunami Aceh tahun 2004.
Meskipun para ahli dapat memperkirakan potensi magnitudo maksimum gempa di zona megathrust, teknologi saat ini tidak mampu memprediksi dengan tepat kapan gempa tersebut akan terjadi. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemetaan zona megathrust dan mengembangkan strategi mitigasi untuk meminimalkan dampak bencana yang mungkin terjadi.
Indonesia: Menghadapi Ancaman Megathrust yang Serupa
Indonesia, seperti Jepang, juga berada di wilayah yang rawan terhadap gempa megathrust. Negara ini terletak di pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia, yang membentuk banyak zona megathrust di sekitar kepulauan Indonesia. Menurut Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, beberapa zona megathrust di Indonesia, seperti Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut, telah lama tidak melepaskan energi dalam bentuk gempa besar. Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa gempa besar di kedua segmen tersebut hanya tinggal menunggu waktu.
Seperti halnya di Palung Nankai, gempa megathrust di Indonesia juga berpotensi memicu tsunami besar. Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut memiliki riwayat gempa besar dengan magnitudo lebih dari 8,5 pada beberapa abad yang lalu. BMKG telah mengembangkan sistem monitoring dan diseminasi informasi gempa bumi dan tsunami yang semakin cepat dan akurat untuk mengantisipasi potensi bencana ini.
Sebagai bagian dari upaya mitigasi, BMKG juga telah melakukan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat, pemerintah daerah, dan pelaku usaha pantai untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana gempa dan tsunami. Kegiatan seperti Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami serta pembentukan Masyarakat Siaga Tsunami (Tsunami Ready Community) diharapkan dapat mengurangi risiko dan dampak bencana yang mungkin terjadi.
Upaya Mitigasi Menghadapi Ancaman Gempa Megathrust: Langkah Proaktif untuk Mengurangi Resiko
Indonesia, sebagai salah satu negara yang berada di Kawasan Cincin Api Pasifik, menghadapi risiko gempa megathrust yang tinggi. Menghadapi potensi bencana ini, pemerintah dan lembaga terkait, seperti BMKG, telah memperkuat sistem pemantauan gempa dan peringatan dini tsunami. Mereka juga mengembangkan pemodelan tsunami yang lebih akurat untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
Selain teknologi, edukasi Masyarakat menjadi prioritas melalui program Sekolah Lapang Gempa dan Tsunami serta BMKG Goes To School, yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapan masyarakat di daerah rawan gempa. Pemerintah juga mengintegrasikan mitigasi bencana dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dengan fokus pada penguatan infrastruktur vital dan pembangunan tempat evakuasi di kawasan rawan tsunami.
Di tingkat ilmiah, pemetaan zona megathrust terus dilakukan untuk menyempurnakan strategi mitigasi. Meski waktu terjadinya gempa sulit diprediksi, kerja sama internasional, terutama dengan negara seperti Jepang, membantu memperkuat kesiapan Indonesia dalam menghadapi ancaman ini. Upaya ini diharapkan mampu menekan risiko dan dampak gempa megathrust, serta menanamkan kesadaran bahwa bencana dapat dikelola dengan baik melalui Langkah mitigasi yang tepat.
0 Komentar