Dr. Husam Syakir, Dosen Fakultas I’lam, Universitas Al-Azhar, menghadiri Peringatan Ulang Tahun Al-Azhar yang ke-1084 yang digelar oleh PCINU Mesir pada hari Rabu (3/4), di Aula Kiai Haji Hasyim Asy’ari, Darbul Ahmar, Kairo. Selain seorang dosen, Dr. Husam Syakir juga merupakan Koordinator Pusat Informasi Al-Azhar, dewan Shoutul Azhar, dan anggota Persatuan Jurnalis Mesir, Persatuan Jurnalis Arab, juga persatuan Jurnalis Dunia. Pada kesempatan ini, dengan Bahasa Arab yang fasih beliau mengisi sesi kedua pada rentetan kegiatan untuk membincang buku karya tulis beliau yang menjelaskan hubungan antara Indonesia dan Al-Azhar yaitu “Al-Mujaz Al-Latif fi ‘Alaqat Indunisiya bi Al-Azhar As-Syarif”. Perbincangan buku ini berjalan dengan dipenuhi oleh antusiasme dari segenap peserta kegiatan.
Sebagai pembuka, beliau mengingatkan betapa pentingnya bulan Ramadhan
dalam konteks sejarah Indonesia, Mesir, dan Al-Azhar. Proklamasi kemerdekaan
Indonesia terjadi di bulan Ramadhan, penaklukan Mesir oleh Amru bin ‘Ash
terjadi di bulan Ramadhan, dan Al-Azhar juga didirikan pada bulan Ramadhan.
Dosen Universitas Al-Azhar itu kemudian menjelaskan sejarah hubungan
keilmuan antara Al-Azhar di Mesir dengan bangsa Indonesia yang saat itu masih
disebut-sebut dengan istilah “Jawa”. Menurut penjelasan beliau, hubungan
keilmuan itu sudah terjalin sejak era Fathimiyyah dengan adanya kapal
yang berlayar dari Mesir menuju ke Samudra Pasai, Aceh. Tidak luput beliau menerangkan
betapa pelajar dari Indonesia pada masa lalu benar-benar memiliki kesungguhan
untuk belajar Al-Azhar, walau harus menempuh sekitar dua sampai tiga bulan perjalanan.
Beliau menyebutkan nama-nama pelajar yang datang di masa-masa pertama,
diantaranya: KH. Abdul Manan Dipomenggolo, dan Syeikh Nawawi Al-Bantani (sesaat
sebelum ke Hijaz). Setelah itu jumlah pelajar yang datang dari “Jawa” naik dan
turun. Selain nama-nama pendahulu tersebut, Dr. Husam Syakir menyebutkan nama
tokoh Indonesia dari Al-Azhar lain seperti Mahmud Yunus, Mas Mansur, hingga Gus
Dur, Gus Mus, hingga Prof. Quraisy Shihab. Dengan menyebut nama-nama tokoh
Indonesia lulusan Al-Azhar, Dr. Husam Syakir mengingatkan bahwa hal yang
penting dari belajar di Al-Azhar bukan sebatas ijazahnya saja, tapi bagaimana
dapat memberikan dampak di masyarakat luas ketika sesudah kembali ke tanah air.
Sebagai tambahan, beliau menyampaikan bahwa pelajar dari Indonesia
selain rajin untuk belajar, mereka juga aktif untuk bergerak. Salah satu adalah
dengan mengisi kolom di koran-koran lokal. Selain itu, pergerakan yang
dilakukan oleh pelajar Indonesia adalah juga dengan membuat perkumpulan pemuda
Indonesia yang berusaha mengenalkan kebangsaan Indonesia kepada masyarakat
Mesir. Usaha yang dilakukan oleh pelajar Indonesia ini memberi dampak besar
dengan menjadikan Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Sebagai penutup, Dr. Husam Syakir menyampaikan bahwa dalam proses
penulisan buku ini, beliau banyak dibantu oleh pelajar-pelajar Indonesia, juga
untuk menyelesaikan buku beliau membaca karya-karya pelajar Indonesia terdahulu.
Di akhir, penulis buku “Al-Mujaz Al-Latif fi ‘Alaqat Indunisiya bi
Al-Azhar As-Syarif” ini menyampaikan, “Saya orang Mesir, tapi saya menulis tentang Indonesia
karena saya mencintai Indonesia dengan mencintai pelajar-pelajar dari
Indonesia”.
Red: Ilmi Hatta
Editor: Muadz
0 Komentar